the East and West in One Place -- MACAU --


Saya di bentak dengan kasar ketika mengeluarkan uang pecahan 20 Pataca saat memasuki Bus umum, dari Bandara ke Pusat kota.
Kenapa saya bisa tiba di sini adalah untuk mengalihkan sedikit perhatian dari rutintas kantor. Alasan yang lain yang membuat saya tidak berpikir panjang adalah tawaran tiket, Manado - Macau, Hongkong - Manado yang sangat terjangkau di Traveloka. Karenanya, saya tidak banyak membuat persiapan dengan perjalanan ke negara yang telah menjadi bagian China ini.
Ternyata orang - orang di sini memiliki pembawaan seperti ini. Mungkin tidak bermaksud kasar, tapi suara mereka cukup lantang sehingga membuat orang seperti saya yang belum terbiasa kaget stengah mati.
Ternyata untuk naik Bus kita harus selalu menyediakan uang pecahan kecil alias uang pas, karena mereka tidak akan memberikan kembalian.
Antara bingung dan tidak mengerti, kenapa bapak ini tiba - tiba membentak, sepasang pria dan wanita juga ikut masuk Bus tersebut. Dan sama, mereka juga “dimarahi”, karena mereka mengeluarkan uang 100 Pataca. Hahaha, kami senasip. Akhirnya kami bertatap - tatapan sejenak, dia mengisyaratkan supaya saya bisa bayarkan untuk mereka dulu. Biaya bus 4,2 Pataca per orang. Kamipun bisa duduk, dan tidak ada uang kembali untuk saya.
Begitulah perkenalan pertama dengan Alex dan Stela. Pasangan suami istri dari Taiwan. Kami sama - sama baru pertama kali menginjakkan kaki di MACAU. Kami saling berkomunikasi dengan bahasa Mandarin saya yang jelek dan bahasa Inggris Alex yang standart (tapi bisa dimengertilah).
Ini perjalanan Solo Backpacker kedua saya. Karena tidak banyak meriset tempat ini, saya baru sadar bahwa MACAU walaupun jajahan Eropa tapi 99% orang MACAU yang saya temui (kecuali information center dan petugas bandara) tidak bisa berbicara bahasa Inggris sama sekali. Sangat beruntung bisa bertemu dengan Alex dan Stella yang bisa berbahasa Mandarin dengan lancar, sehingga setidaknya 1 hari saya di MACAU tidak berakhir dengan tersesat kemana - mana.
Berbekal sebuah buku panduan perjalanan dan peta yang barusan saya ambil di Bandara, saya bertekat mengelilingi MACAU di musim dingin di awal tahun 2015 itu.
EGGTART.
Kami memulai perjalanan kami (betul - betul jalan kaki) dari depan Hotel Lisboa di pusat kota. Berdasarkan buku panduan saya yang berbahasa Indonesia dan buku panduan mereka yang berbahasa Mandarin tempat pertama yang akan kami tuju adalah warung kue. Eggtart, jenis kue yang paling terkenal disini. Dan Eggtart terlezat sejagat raya Macau dan Hongkong (menurut kedua buku kami) adalah di Cafe e Nata. Eggtart didampingi Coffee Latte alias Kopi Susu adalah paduan nikmat. Kue jenis ini lumayan di favoritkan di Macau maupun Hongkong, saya banyak melihatnya di mana - mana. Tapi tempat ini yang paling di rekomendasikan.


SENADO SQUARE & ST. PAUL RUIN
Kami melanjutkan jalan kaki kami menuju Gereja St. Paul. Untuk tiba ke situ memakan waktu sekitar 20 menit jalan kaki dari Cafe e Nata. Walaupun baru pertama kali ke Macau, Alex cukup bisa menunjukkan jalan, karena dia bisa membaca petunjuk jalan dan sesekali bertanya pada penduduk / turis yang dia temui, tentu saja dengan bahasa Mandarin yang lancar. Sebelum tiba di St. Paul, kami melewati Senado Square. Lapangan beraspal (keliatannya seperti paving berwarna, entah itu terbuat dari apa) yang dikelilingi oleh gedung - gedung cantik ala Portugis Tradisional. Setelah berjalan beberapa menit lagi, barulah kami tiba di landmark serta icon Kawasan Administrasi khusus China ini, The Ruin of St. Paul Church. Reruntuhan gereja ini ternyata sudah melalui banyak sejarah. Semuanya tercatat dengan detail di beberapa spot dinding dalam area sini. Dan ternyata didalamnya ada tempat kebaktian untuk umat Katolik yang terletak di bagian bawah.
Fisherman Wharf & Cable Car
Setelah puas mengambil gambar, kami pun melihat ke buku panduan lagi, dan ketemulah Fisherman Wharf atas usul dari Stela. Karena cukup jauh dari St. Paul, dan tidak mau naik Taxi, maka kami naik Bus. Menurut saya cukup mudah naik bus di kawasan ini, walaupun kami tersesat sekali, karena salah ngambil Bus.
Tiba di Fisherman Wharf, kami begitu terkagum dengan area unik yang di desain dengan apik. Bangunan - bangunan ala Portugis dengan ukiran - ukirannya yang khas, serasa bukan berada di Kawasan China saja. Salah satunya terdapat sebuah replika Collosseum. Kamipun berkeliling dan mengambil gambar di beberapa spot. Dari sana kami menuju ke tempat pilihan dari Alex dan Stela, Cable Car. Tempat ini tidak begitu ramai, sehingga kami tidak begitu lama juga mengantri. Ruangan dalam kereta gantung ini tidak begitu besar, cukup untuk 4 orang. Dari atasnya kami bisa melihat sebagian wilayah Macau. Alex berkomentar bahwa tidak begitu bagus seperti di Taiwan.
Petualangan yang sesungguhnya.
Hari pun semakin gelap, kami memutuskan untuk makan malam bersama, dan kembali ke penginapan masing - masing. Mereka menawarkan saya untuk ikut bersama mereka ke salah satu pertunjukkan yang sudah mereka beli tiketnya di hari berikutnya. Tapi saya menolak karena masih ada tempat yang harus saya kunjungi, dan setelah itu akan langsung menyebrang ke Hongkong.
Maka setelah kami makan, di salah satu restoran chinese food, dengan menu yang mereka pilihkan, karena saya tidak bisa membaca menu restoran, hahaha (Untung makan malamnya lezat, entah makanannya benar-benar enak, atau saya yang benar - benar kelaparan), kamipun berpisah. Saya merasa sangat beruntung hari ini.
Perasaan saya tiba - tiba berubah ketika menyadari satu hal bahwa saya belum check in Hostel yang akan saya tempati. Tadi siang sudah sempat lewat, tapi karena saya tidak membawa banyak baju, dan hanya sebuah tas punggung saja, maka saya berpikir setelah jalan - jalan saja baru check in, karena jam masuk jam 2, supaya tidak membuang waktu.
Dan karena hari sudah semakin malam, saya lupa jalan menuju Hostel saya tadi. Setelah keliling 4 kali dengan Bus umum, tepat jam 09.30 malam, saya akhirnya sadar bahwa saya benar - benar tersesat. Ada banyak hotel yang saya lewati, tapi pada hari sabtu dan minggu harganya dua kali lipat dari harga normal. Itu akan menghancurkan rencana budgeting yang sudah diatur sedemikian rupa. Ditengah - tengah hampir putus asa, (saya sempat berpikir untuk tidur di taman kota aja, hahaha) saya teringat pernah membaca disebuah buku, ada seorang traveller yang menginap di Bandara, karena tiba sudah tengah malam, dan menurutnya Airport Macau relatif aman. Maka sayapun memutuskan untuk numpang tidur semalam di bandara Macau.
Dengan Bus terakhir menuju Airport Macau malam itu, saya tiba di sana sekitar pukul 10.00 malam.
NGINAP GRATIS
Bandara ini tidak terlalu besar, tapi cukup lengkap bagi traveller kere seperti saya, haha. Karena ada dispenser air panas dan dingin, sehingga bisa buat Mie Instan. Saya tidur di kursi depan gerbang kedatangan di lantai 2. Karena sudah larut maka tidak banyak orang disana. Walaupun tidak nyaman, tapi setidaknya bisa tidur.

VENETIAN
Paginya setelah sarapan* pagi (read: makan mie instan dan minum kopi) dan bersih - bersih diri (cuci muka dan sikat gigi saja), saya pun beranjak menuju Halte bus untuk ke Venetian Resorts. Sebenarnya The Venetian Resort punya Free Shuttle Bus dari Bandara ke Resorts mereka, tapi baru tersedia jam 10.00. Jadi saya memutuskan untuk naik Bus biasa saja.
Tujuan saya sebenarnya memilih Macau sebagai tempat “pelarian” sementara, adalah semata - mata hanya karena ingin naik Gondola (transportasi air, semacam perahu yang menjadi khas kota Venesia, Italia) yang katanya ada ditempat ini.
Sangat bersemangat ketika bus akhirnya berhenti di depan kawasan resort ini. Setelah masuk, saya sedikit kaget dan bertanya - tanya. Dimana sungai buatannya ya, kok tidak kelihatan airnya. Ternyata oo ternyata, “sungainya” lagi dibersihkan, dan tidak buka hari minggu pagi. Gubrakkss. Saya menertawakan diri saya sendiri. Ini benar - benar lucu. Saya kesini hanya untuk ke sini, tapi ternyata malah tidak buka.
Sudahlah, akhir saya foto - foto saja, keliling seluruh kawasan resort yang megah ini. Jadi teringat Drama Boys before Flowers, Lee Min Hoo dkk, yang beberapa scenenya di shooting disini.
Setelah puas mengambil gambar, rencana selanjutnya adalah melanjutkan ke kawasan China seberang, Hongkong. Ternyta resort ini juga menyediakan Free Shuttle Bus ke Pelabuhan, dan setelah tanya - tanya petugas, sayapun di arahkan ke tempat pemberhentian Bus.
Untuk kesana, saya harus melewati sebuah ruangan besar, dimana kita tidak diizinkan untuk mengambil gambar. Saya di lihatin dari atas ke bawah sama petugas. Ruangan besar yang walaupun masih pagi, sudah ada lumayan banyak orang, adalah ruangan Casino besar. Ini pertama kalinya seumur hidup saya melihat ruangan Casino sebesar ini. Berasa seperti di dalam film - film Mafia Hongkong.
Dengan Free Shuttle Bus dari Venetian Resort, akhirnya saya bisa tiba di Pelabuhan dan melanjutkan perjalanan ke Hongkong.
Pelajarannya bagi saya, riset sebelum datang ke sebuah kota tertentu adalah sangat penting. Tapi walaupun mengalami beberapa pengalaman “istimewa”, tapi tidak mengurungkan niat saya untuk kembali lagi, menjelajahi dunia baru.

      

Komentar